KISAH INSPIRATIF - PROFESOR TATA BAHASA
Pada suatu hari ada seorang Profesor Ahli Tata Bahasa berjalan sendirian pulang dari perpustakaan,karena hari sudah larut malam dan dimana sang profesor kepingin cepat sampai rumahnya,maka diambilnya jalan pintas yang merupakan jalan setapak yang melewati kebun kosong,jalanan tersebut kelihatan remang-remang yang membuat kurang jelasnya penglihatan sang profesor. Dengan tak terduga sang profesor terperosok ke dalam lubang sumur tua yang cukup dalam dan sempit,namun yang bersangkutan tak mengalami cedera sedikitpun. Dalam situasi yang mengejutkan,menakutkan dan gelap,sang profesor berusaha untuk selamat,kemudian teriak-teriak minta tolong. Kebetulan dalam malam yang sepi ini masih ada orang yang lewat tidak jauh dari kebun kosong tersebut serta mendengar teriakan sang profesor. Kemudian orang tersebut mendekati lubang sumur itu sambil berkata,"siapa didalam lubang ini?" mendengar teriakan seseorang,sang profesor senang hatinya,kemudian menyahut,"aku profesor ahli tata bahasa! Aku tidak tahu jalan dan kebetulan aku terperosok dalam lubang sumur ini!" orang tadi segera berteriak,"baik! Sebentar tunggu! Aku akan menolongmu segera! Aku akan mencari tangga bersama tali!" Mendengar kata-kata orang tadi sang profesor berkata,"Hai,tunggu dahulu! Tata bahasamu jelek sekali! Coba perbaiki!"
Mendengar sahutan sang profesor,orang yang mau menolong berkata,"Apakah tata bahasaku lebih penting dari keadaanmu? Kalau kamu masih nekad agar aku belajar tata bahasa! Ya udah! Aku mau kursus dahulu! Dan tunggu pertolonganku sepuluh tahun lagi sampai tata bahasaku baik dan benar!!"
kalau kita ingat Sigmund freud,Ahli Psikoanalis dari jerman,yang mengatakan bahwa segala tindakan,pemikiran dan konsep diri itu dibentuk oleh ketaksadaran serta berbagai dorongan dan hasratnya,dalam hal ini sang profesor berhasrat untuk menjadi objek kekaguman atau pengakuan dari si penolong maka muncullah ego atau sang aku dari sang profesor ahli tata bahasa itu. Walau dalam kondisi seperti yang dialami,sang profesor memanfaatkan kebelepotan tata bahasa si penolong agar dirinya diakui lebih hebat,bukannya bagaimana caranya lepas dari keadaan atau kesulitan dirinya! Bisa juga dikatakan bahwa sang profesor lebih mementingkan apa yang didengar,apa yang membungkus atau apa yang terlihat,bukannya pokok persoalan atau hakikatnya. Sehingga berakibat inti permasalahan dapat terabaikan dan ini menyebabkan tidak terpecahkan atau tidak terselesaikan persoalan sebenarnya. Namun bagaimana dengan si penolong? Sebenarnya ya sama saja. Mendengar omongan sang profesor yang merendahkan dirinya,maka kecewalah dia. Kenapa bisa muncul kekecewaan ini? Karena pada diri si penolong muncul juga ego atau sang akunya. Si penolong ingin juga diakui oleh sang profesor bahwa dirinya adalah pahlawan hebat yang akan membebaskannya dari kesulitan. Ya tentu saja terjadi benturan,akhirnya berantakan. Sang profesor tak tertolong. Si penolong tidak jadi pahlawan. Kebaikan dan kebenaran saat itu akhirnya bukan milik si penolong.
Penjelasan ringannya begini. Kita ini harus saling menghargai bermacam-macam ragam suku,agama,ras,profesi,serta tingkatan ekonomi maupun sosial,dan lain-lain yang ada di negeri ini. Sehingga disini timbul pemahaman untuk saling memahami. Memahami apa? Ya,memahami keberagaman tadi. Dan jangan lupa,ini yang sangat penting,yaitu memahami akan kekurangan dan kelebihan masing-masing,sehingga akan timbul rasa nyaman bagi semua kalangan untuk bersama menjalani kehidupan.
DOWNLOAD EBOOK GRATIS
DOWNLOAD CONTOH SKRIPSI
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar