HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN INJECTING DRUG USER (IDU) USIA 15-35 TAHUN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga
merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami gangguan kesehatan /
dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam
masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit (Efendi , 1998). Peran / tugas
keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu keperawatan dalam hal ini
adalah ilmu kesehatan masyarakat (Komunitas) sangatlah mempunyai arti dalam
peningkatan dalam peran / tugas keluarga itu sendiri. Perawat diharapkan mampu
meningkatkan peran keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.
(Friedman, ed 3, 1998 : 145)
Peran keluarga
dalam mengenal masalah kesehatan yaitu mampu mengambil keputusan dalam
kesehatan, Ikut merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan,
dan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada sangatlah penting dalam mengatasi
kecemasan klien.(Friedman, 2003 : 146).
Penanggulangan Injecting Drug User (IDU) memang cukup
sulit, perlu diperhatikan dari berbagai aspek, misalnya ketersediaan sarana
kesehatan publik, hukuman bagi pengguna, pengedar dan berbagai cara yang lain.
Cara yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan keluarga. Keluarga
merupakan lingkungan terkecil bagi seorang IDU. Kasih sayang orang tua akan
menyebabkan pengguna merasa bahwa dirinya masih ada yang memperhatikan, merasa
dihargai dan dibutuhkan. Dengan kasih sayang orang tua diharapkan menjadi
manusia yang dapat diterima oleh masyarakat (Abu ahmadi, 2002 : 106).
Kesuma merupakan
perkumpulan atau paguyuban, bukan organisasi hirarkis dan berbadan hukum. Kesuma membawa keselarasan dan
kebersamaan. Motto dan semangat itu yang diciptakan. Menurut Mur achmadi, dari
dinas kesehatan Kalimantan barat, “mereka
sangat berperan dalam kerja pendampingan kepada orang hidup dengan AIDS
(OHIDA). Kesuma mencoba memotivasi, bahwa hidup seseorang tidak berakhir ketika
terinfeksi HIV. Perjuangan Kesuma menghilangkan berbagai stigma, sudah cukup
terbukti di lapangan. Kesuma
ingin menyakinkan masyarakat, bahwa orang tidak boleh membedakan ODHA. Entah itu
dari segi pelayanan, maupun keberadaannya. Hingga kini, keberadaan Kesuma
sebagai kelompok dukungan bagi keluarga ODHA, telah banyak dirasakan
manfaatnya. Meski demikian, keberadaan Kesuma masih sebatas orang tertentu saja
yang mengetahui. sebagian besar orang tua mendukung penanganan terhadap
HIV/AIDS. Cuma, orang tua tidak sepenuhnya tahu tentang hal itu. Seorang anak
tidak mungkin memecahkan masalahnya sendiri. Anak butuh bantuan. Dan bantuan
yang pertama kali diminta adalah dari orang tua atau keluarga.
Injecting Drug User (IDU) merupakan salah satu jenis pengguna
narkoba yang lebih spesifik. Komunitas ini hanya menggunakan narkoba dengan
cara disuntikkan, karena itu lebih berisiko terkena berbagai macam penyakit
menular dibandingkan dengan pengguna narkoba lainnya. Hal ini disebabkan
perilaku IDU yang sering berbagi jarum antar sesama IDU (needle sharing), sehingga akan lebih mudah tertular penyakit,
misalnya Hepatitis C bahkan HIV-AIDS.
Data pada pengguna narkoba suntik di Asia sebanyak
1.3 – 2 juta jiwa dan dari total kasus yang ada, lebih dari 1 juta jiwa adalah
pengguna narkoba suntik (IDU). Dimana 19% dari total kasus yang ada terinfeksi
HIV/AIDS.
Angka pengguna narkoba di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut perkiraan jumlah pengguna
narkoba di Indonesia berkisar antara 1,3 sampai dengan 3 juta jiwa, dan
didominasi kota besar. Diperkirakan
jumlah IDU di Indonesia sekitar 600 ribu sampai dengan 1 juta jiwa. Pengguna
IDU rata-rata berumur antara 16-25 tahun.
Kejadian IDU selalu berhubungan dengan kejadian HIV/AIDS ( ODHA ). Data nasional
berdasarkan Departemen Kesehatan RI menunjukkan penurunan tingkat resiko
penularan HIV/AIDS lewat jalur hubungan seksual. Bila sebelum tahun 1999
persentase penularan lewat jalur tersebut sebesar 80 persen, tahun 1999 menurun
menjadi 50 persen dan tahun 2002 menurun lagi menjadi 48 persen. Sementara
kasus‑kasus HIV/AIDS pada pemakai narkoba, atau IDU (Intravenous Drug Users) justru makin meningkat. Disebutkan, kasus‑kasus
HIV/AIDS pada pemakai narkoba menurun dalam kurun enam tahun terakhir dan
cenderung stabil. Berkebalikan dengan persentase IDU. Bila pada tahun 1987 ‑
Juni 1999 hanya ditemukan 6 kasus di kalangan IDU, Desember 1999 terjadi
peningkatan 25 kasus, yang meningkat lagi menjadi 780 kasus tahun 2002. Dan pada Desember
2005 tercatat 3.719 kasus IDU. Dampak IDU tersebut tentu saja sangat erat
dengan HIV/AIDS. Jumlah penderita HIV/AIDS yang tertular lewat berbagai jalur,
hubungan seksual, pemakaian jarum suntik, transfusi darah hingga tahun 2005
mencapai 4.244 orang untuk HIV dan 5.321 orang (AIDS). Diperkirakan kasus‑kasus
tersebut masih permukaan, realitanya masih lebih banyak kasus yang belum
terungkap. Bahkan Departemen Kesehatan memperkirakan pada tahun 2007 kasus
IDU yang tercatat setidaknya ada 90.000‑130.000
kasus, dimana sebagian besar tidak melaporkan. ( Bernas, 2007 )
Saat ini, Jatim menduduki posisi ketiga sebagai provinsi yang jumlah orang
hidup dengan HIV-nya terbanyak setelah DKI Jakarta dan Papua. Walau dalam data
yang di dapat dari Depkes RI masih menduduki perangkat ketiga, jumlah penderita
di Jatim memang cenderung meningkat dan bisa mengalahkan Jawa Barat dalam
jumlah. Selama tahun 2006, terdapat 863 kasus AIDS, 475 kasus HIV dan 258
diantaranya meninggal (Depkes RI).
Data dari RSJ Menur Surabaya memperlihatkan bahwa dari 17 pasien yang ada
diruang Napza, sebanyak 76.5% (13 pasien) adalah pengguna (IDU). Pada pasien
yang baru masuk rumah sakit rata–rata mengalami stress psikologis (kecemasan).
Sehingga peran keluarga sangatlah penting dalam membantu untuk mengurangi rasa
cemas yang di alami pasien, dan hal itu sangat membantu dalam proses
pengobatan/terapi pasien (Rekam Medik RSJ Menur Surabaya, 2008).
Mayoritas IDU menyuntik dirinya secara intravena,
tetapi juga ditemukan secara subkutan, dan intramuskular. Jenis obat yang sering disuntikkan IDU adalah heroin, kokain, dan
juga sejenis amphetamines, buprenorphine,
benzodiazepines, dan barbiturate.
Permasalahan IDU selain penyuntik akan mengalami berbagai reaksi sistemik
akibat obat yang disuntikkannya, IDU juga dapat menularkan berbagai penyakit
melalui jarum yang dipakai bergantian.
Masih belum jelas seberapa besar pengaruh peran keluarga terhadap proses
penyembuhan IDU, serta belum jelas juga jika pengaruh peran keluarga ini dapat
digunakan secara umum.
Jadi penulis berusaha mencari hubungan peran keluarga terhadap tingkat
kecemasan Injecting Drug User ( IDU )
usia 15-35 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah
yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Apakah ada hubungan peran keluarga terhadap
tingkat kecemasan Injecting Drug User ( IDU )
usia 15-35 tahun
?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis peran keluarga terhadap
tingkat kecemasan Injecting Drug User ( IDU )
usia 15-35 tahun.
1.3.2
Tujuan khusus
1.
Mengidentifikasi
peran keluarga.
2.
Mengidentifikasi
tingkat kecemasan Injecting Drug User
(IDU) usia 15-35 tahun.
3.
Menganalisa
peran keluarga terhadap tingkat
kecemasan Injecting Drug User ( IDU ) usia 15-35 tahun.
1.4 Manfaat
penulisan
Sesuai dengan latar
belakang perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka
manfaat yang dapat diharapakan dari penelitian ini adalah
1)
Bagi
Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pemahaman tentang peran keluarga terhadap tingkat
kecemasan Injecting Drug User (IDU)
usia 15-35 tahun.
2)
Bagi Institusi
Pendidikan
Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah
wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya.
3)
Bagi
Profesi
Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan.
4)
Bagi keluarga
Memberi informasi kepada orang tua tentang peran keluarga dan perhatian
orang tua kepada anak.
5)
Bagi
klien
Dapat meningkatkan konsep dari klien dan motivasi
untuk berobat dan sembuh.
download contoh skripsi KEPERAWATAN
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar